Keracunan makanan sering kali disebabkan oleh bakteri patogen yang terkontaminasi dalam makanan yang kita konsumsi. Untuk memastikan makanan yang kita makan aman, pengujian mikrobiologi sangat penting untuk mendeteksi adanya kontaminasi tersebut. Dalam artikel kali ini, Prodia OHI akan membahas beberapa jenis bakteri patogen penyebab keracunan makanan dan langkah-langkah penting yang dapat diambil untuk mencegahnya.
Daftar isi
Jenis-jenis Bakteri Patogen Penyebab Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah kondisi yang terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi patogen seperti bakteri, virus, atau toksin. Beberapa bakteri patogen yang umum ditemukan dalam makanan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, demam, dan bahkan komplikasi serius. Berikut adalah beberapa bakteri patogen yang sering menyebabkan keracunan makanan:
Salmonella sp.
Salmonella dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan, seperti daging ayam, telur, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, serta pada hewan seperti reptil, amfibi, dan unggas. Makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi pada manusia jika tidak ditangani dengan baik.
Gejala dari infeksi Salmonella meliputi diare, demam, kram perut, dan muntah. Dalam beberapa kasus, infeksi ini bisa menyebabkan dehidrasi parah yang memerlukan perawatan medis. Gejala biasanya berlangsung antara 4 hingga 7 hari, dan sebagian besar orang sembuh tanpa perawatan medis khusus.
Untuk mencegah infeksi Salmonella, hindari konsumsi telur mentah atau setengah matang serta daging unggas yang tidak dimasak dengan sempurna. Pastikan untuk mencuci tangan setelah kontak dengan hewan atau lingkungan mereka untuk mengurangi risiko kontaminasi.
Listeria monocytogenes
Listeria banyak ditemukan pada produk susu mentah, keju lunak yang terbuat dari susu tidak dipasteurisasi, serta sayuran mentah seperti jamur enoki. Selain itu, daging olahan yang tidak dipanaskan dengan benar, es krim dan daging mentah yang disimpan di lemari es juga berisiko terkontaminasi dengan bakteri ini.
Gejala infeksi Listeria termasuk demam, kelelahan, dan nyeri otot pada orang yang sehat. Namun, infeksi ini jauh berbahaya bagi lansia dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, serta ibu hamil yang dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Gejala bisa berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
Beberapa cara pencegahan Listeria meliputi menghindari konsumsi produk susu mentah, keju lunak, dan sayuran mentah, serta memastikan makanan olahan dipanaskan hingga suhu internal 74°C. Untuk kelompok berisiko tinggi, disarankan untuk menghindari makanan seperti keju lunak dan makanan olahan yang tidak dipanaskan dengan baik.
Bacillus cereus
Bacillus cereus dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan, terutama nasi dan sisa makanan, serta saus, sup, dan hidangan lainnya yang telah dibiarkan terlalu lama pada suhu ruangan. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat dalam kondisi yang tidak tepat, dan bisa menjadi ancaman jika makanan tidak disimpan dengan benar.
Gejala penyakit yang disebabkan oleh Bacillus cereus terbagi menjadi dua tipe. Tipe diare (diarrheal) menyebabkan diare cair dan kram perut dalam waktu 6 hingga 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Sedangkan tipe muntah (emetic) memicu rasa mual dan muntah dalam waktu 30 menit hingga 6 jam setelah konsumsi. Meskipun gejalanya bisa sangat mengganggu, penyakit ini umumnya berlangsung hanya sekitar 24 jam.
Untuk mencegah terjadinya infeksi Bacillus cereus, pastikan makanan yang akan disimpan tidak dibiarkan lebih dari dua jam pada suhu ruangan. Simpan makanan panas di atas 60°C dan makanan dingin di bawah 4°C. Jika ingin menyimpan makanan yang sudah dimasak, pastikan menggunakan wadah lebar dan dangkal, kemudian masukkan ke dalam kulkas sesegera mungkin. Dengan cara ini, Anda bisa mengurangi risiko kontaminasi dan menjaga makanan tetap aman untuk dikonsumsi.
Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus sering ditemukan pada kulit, hidung, atau tangan manusia. Bakteri ini dapat mengkontaminasi makanan jika penanganan makanannya tidak higienis, seperti tidak mencuci tangan dengan baik atau tidak menggunakan sarung tangan steril. Makanan yang tidak dimasak lagi setelah penanganan, seperti dessert dan sandwich, berisiko besar terkontaminasi oleh S. aureus.
Gejalanya meliputi mual, muntah, kram perut, dan diare, yang muncul secara tiba-tiba. Meskipun infeksi ini umumnya tidak serius, gejala bisa sangat mengganggu dan berlangsung hanya sekitar satu hari.
Untuk mencegah infeksi S. aureus, penting untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan. Menggunakan termometer untuk memastikan makanan dimasak pada suhu yang aman dan menjaga kebersihan alat masak juga sangat dianjurkan.
Langkah-langkah Mencegah Keracunan Makanan
Menghindari keracunan makanan memerlukan perhatian terhadap berbagai faktor, mulai dari kebersihan hingga cara penyimpanan yang tepat. Berikut beberapa langkah penting yang dapat Anda terapkan untuk mencegah keracunan makanan.
Pentingnya Pengujian Mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi yang dilakukan di laboratorium terakreditasi, seperti Prodia FHL sangat penting untuk mendeteksi bakteri patogen dalam makanan. Dengan pengujian yang akurat, perusahaan dapat memastikan produk mereka aman untuk dikonsumsi dan bebas dari kontaminasi yang membahayakan kesehatan konsumen.
Praktik Kebersihan yang Tepat
Kebiasaan yang harus diterapkan dalam mengolah makanan adalah mencuci tangan secara rutin sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan, atau menggunakan sarung tangan steril. Selain itu, penting untuk memastikan makanan dimasak hingga matang sempurna agar dapat memaksimalkan pemusnahan bakteri patogen yang kemungkinan mengontaminasi makanan.
Suhu Penyimpanan yang Tepat
Menyimpan makanan pada suhu aman dan sesuai sangat penting untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Pastikan makanan disimpan di kulkas pada suhu di bawah 5°C dan jangan biarkan makanan terkontaminasi atau dibiarkan pada suhu ruangan lebih dari dua jam.
Hindari Kontaminasi Silang
Pencegahan kontaminasi silang sangat penting dalam menjaga keamanan pangan, salah satunya keracunan makanan. Pastikan untuk memisahkan bahan makanan mentah dan sudah dimasak, serta menggunakan peralatan masak yang berbeda untuk bahan mentah dan siap saji. Cuci tangan dengan sabun dan cuci talenan serta alat masak lainnya secara menyeluruh setelah digunakan.
Pastikan Makanan Dimasak Hingga Matang
Pastikan semua makanan, terutama daging, ayam, telur, dan makanan laut, dimasak hingga matang dengan suhu yang tepat untuk menghilangkan adanya kemungkinan bakteri patogen. Gunakan termometer makanan untuk memastikan makanan mencapai suhu internal yang aman, seperti 75°C untuk daging ayam.
Perhatikan Tanggal Kedaluwarsa dan Pengemasan
Selalu periksa tanggal kedaluwarsa dan kondisi pengemasan pada produk pangan. Jangan mengonsumsi produk yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa atau kemasannya rusak karena dapat meningkatkan risiko kontaminasi dan keracunan makanan.
Kesimpulan
Menjaga keamanan pangan sangat penting untuk melindungi konsumen dari risiko keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri patogen. Pengujian mikrobiologi yang akurat dan terakreditasi membantu memastikan produk pangan bebas dari kontaminasi berbahaya. Sementara itu, praktik kebersihan yang tepat dan suhu penyimpanan yang aman juga dapat meminimalisir kontaminasi. Pencegahan yang tepat dapat mengurangi risiko gangguan pencernaan, infeksi, dan penyakit serius lainnya.
Pastikan produk pangan Anda aman dengan melakukan pengujian mikrobiologi yang terakreditasi untuk mendeteksi bakteri patogen. Jika Anda adalah produsen makanan atau pelaku industri pangan, pastikan produk Anda memenuhi standar keamanan pangan yang tinggi dengan layanan pengujian mikrobiologi (uji makanan) profesional di Prodia OHI. Jaga kualitas dan keamanan produk pangan Anda untuk melindungi konsumen dan memperkuat reputasi bisnis agar kita dapat #KerjaBersamaSehatBersama. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Prodia Food Health Laboratory melalui (0361) 4491 897 atau WhatsApp untuk informasi lebih lanjut tentang layanan kami.

