Menghadapi Serangan Jantung di Lingkungan Kerja

Serangan Jantung

Di lingkungan kerja, kesehatan pekerja menjadi prioritas utama. Serangan jantung mendadak bisa terjadi kapan saja, termasuk saat bekerja. Kondisi ini seringkali datang tanpa peringatan, namun ada beberapa kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung di tempat kerja. Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor risiko, gejala, serta langkah-langkah penanganan yang harus diketahui oleh setiap pekerja.

Ketika berbicara tentang serangan jantung di tempat kerja, pengetahuan dan kesiapsiagaan adalah kunci. Mengenali gejala awal dan tahu apa yang harus dilakukan saat rekan kerja menunjukkan tanda-tanda serangan jantung dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang bagaimana pekerja dapat mempersiapkan diri dan rekan kerja mereka.

Pengertian Serangan Jantung

Penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, dengan 17,9 juta orang meninggal pada tahun 2019, yang mencakup 32% dari total kematian global. Dari angka tersebut, 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Mengingat potensi terjadinya penyakit kardiovaskular di tempat kerja, memahami penyebab utama dan cara pencegahannya menjadi sangat krusial.

Penyakit jantung koroner atau penyakit arteria koroner mendominasi sebagai penyakit jantung yang paling sering dijumpai, yang kerap berujung pada serangan jantung. Kondisi ini dipicu oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat akumulasi kolesterol atau protein lain dari asupan makanan Anda. Fenomena ini juga menginduksi arteri menjadi lebih kaku, suatu kondisi yang dikenal dengan nama aterosklerosis. Aterosklerosis berakar dari penumpukan plak atau lemak di dinding arteri yang mengganggu aliran darah menuju jantung, menjadi penyebab mayoritas kasus serangan jantung.

Baca Juga:  Cara Mengurangi Risiko Penyakit Kardiovaskular

Serangan jantung bisa terjadi tiba-tiba, khususnya saat terdapat obstruksi di satu atau lebih arteri koroner. Keadaan ini muncul ketika jantung membutuhkan oksigen lebih dari yang tersedia, mengakibatkan kerusakan pada organ tersebut. Kerusakan ini dapat memburuk seiring waktu, meningkatkan risiko kematian. Selain itu, plak yang labil dapat pecah, memicu pembentukan trombus atau gumpalan darah, yang berpotensi menyebabkan serangan jantung mendadak.

Kebiasaan Buruk yang Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Beberapa kebiasaan buruk dan gaya hidup yang tampaknya tidak berbahaya pada pandangan pertama ternyata memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan jantung Anda. Berikut beberapa kebiasaan tersebut dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi kesehatan jantung Anda.

Gaya Hidup Sedentari

Duduk berkepanjangan tanpa banyak bergerak dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Kurangnya aktivitas fisik bisa menyebabkan penumpukan lemak di arteri, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan. Menurut data dari WHO, gaya hidup sedentari atau minim aktivitas menjadi salah satu pemicu masalah kesehatan bagi 60-85% populasi dunia saat ini. Dengan rata-rata Anda duduk hingga 8 jam setiap harinya, risiko terkena penyakit jantung, hipertensi, penumpukan lemak di area perut, hingga kenaikan kadar kolesterol menjadi semakin besar.

Konsumsi Makanan Tidak Sehat

Makanan tinggi lemak, gula, dan garam dapat meningkatkan tekanan darah dan kolesterol, yang keduanya merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung. Menurut CDC, tekanan darah tinggi adalah penyebab utama penyakit jantung dan stroke karena dapat merusak lapisan arteri. Kolesterol LDL yang tinggi dapat menggandakan risiko seseorang terkena penyakit jantung.

Merokok

Ada sekitar 600 bahan dalam rokok. Asap rokok menghasilkan lebih dari 7.000 bahan kimia yang lama kelamaan dapat merusak jantung dan pembuluh darah Anda.

Konsumsi Alkohol Berlebihan

Mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan berkontribusi pada kelebihan berat badan. Konsumsi alkohol yang berlebih juga dapat mengganggu ritme jantung dan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Baca Juga:  Pentingnya Mengkampanyekan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Melaksanakannya

Gejala Serangan Jantung

Mengenali gejala awal serangan jantung sangat penting untuk mendapatkan perawatan medis secepatnya dan meningkatkan peluang pemulihan. Berikut adalah beberapa gejala yang mungkin muncul saat seseorang mengalami serangan jantung, antara lain:

Kebas pada Wajah, Lengan, atau Kaki, Terutama pada Satu Sisi Tubuh

Kebas ini bisa menjadi tanda bahwa otak tidak mendapatkan aliran darah yang cukup. Ini bisa menjadi indikasi dari gangguan sirkulasi darah ke area tertentu di otak.

Kebingungan, Kesulitan Berbicara, atau Memahami Ucapan

Gangguan fungsi otak karena kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi bisa menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi atau memahami apa yang dikatakan orang lain.

Kesulitan Melihat dengan Satu atau Kedua Mata

Ini bisa terjadi jika arteri yang memasok darah ke mata mengalami penyumbatan, mengurangi aliran darah ke retina.

Kesulitan Berjalan, Pusing dan/atau Kehilangan Keseimbangan atau Koordinasi

Ini mungkin terjadi karena otak tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup, yang mengakibatkan gangguan pada sistem saraf pusat yang mengontrol keseimbangan dan koordinasi.

Sakit Kepala Parah Tanpa Alasan yang Jelas

Sakit kepala mendadak yang sangat parah bisa menjadi tanda dari kondisi medis serius, seperti pendarahan di otak.

Pingsan atau Tidak Sadarkan Diri

Kondisi ini bisa terjadi jika jantung berhenti memompa darah ke otak dan organ-organ vital lainnya, menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran.

 

Prinsip ABC dalam RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Penting bagi Anda untuk memahami tindakan yang harus diambil dalam situasi darurat, seperti saat seorang rekan kerja mengalami serangan jantung atau stroke. Langkah awal adalah memastikan keamanan area bagi penolong dan korban. Kemudian, Anda perlu menilai tingkat kesadaran korban. Apakah mereka merespons suara atau rangsangan fisik? Jika tidak ada respons, segera minta seseorang untuk menghubungi ambulans, mengambil peralatan pertolongan pertama (P3K), dan jika tersedia, Defibrilator Eksternal Otomatis (AED). Selanjutnya, periksa apakah korban masih bernapas. Jika tidak, tindakan selanjutnya adalah memberikan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (resusitasi jantung paru).

Baca Juga:  Budayakan K3 untuk Sehat dan Selamat dalam Bekerja

Prinsip ABC untuk memeriksa pergerakan dada korban dalam situasi darurat mencakup:

A (Airways)

Pastikan jalur napas terbuka. Letakkan korban dalam posisi telentang dan pastikan jalur napasnya tetap terbuka. Jika ada indikasi patah tulang belakang atau leher, posisikan korban dengan hati-hati untuk mencegah cedera tambahan.

B (Breathing)

Periksa pernapasan korban. Jika perlu, lakukan pernapasan buatan. Terdapat tiga metode pernapasan buatan yang bisa digunakan: mulut ke mulut atau hidung, masker pernapasan ke RJP, dan mulut ke alat pelindung diri.

C (Circulation)

Periksa sirkulasi darah, termasuk detak jantung. Jika korban kehilangan kesadaran, tidak bernapas, tidak ada denyut nadi, dan tidak ada detak jantung, itu berarti korban mengalami serangan jantung. Lakukan teknik kompresi dada dengan menekan dada korban menggunakan kedua tangan, dengan berat badan sebagai penopang.

Kesimpulan

Di lingkungan kerja, serangan jantung mendadak bisa menjadi ancaman serius bagi pekerja. Namun, dengan memahami kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan risiko, gejala yang mungkin muncul, serta tindakan yang harus diambil, pekerja dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup dan mencegah terjadinya serangan jantung. Penting bagi pekerja untuk selalu menjalani gaya hidup sehat, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, dan selalu siap dengan pengetahuan pertolongan pertama.

Dalam situasi krisis seperti serangan jantung di tempat kerja, memiliki pengetahuan mengenai pertolongan pertama adalah hal yang sangat vital bagi pekerja. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi memindahkan korban ke area aman, melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) oleh orang yang terlatih, dan memanggil ambulans. Tenaga medis yang berpengalaman dapat memberikan pertolongan awal sambil menunggu kedatangan ambulans untuk perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, seperti layanan In-House Clinic dari Prodia OHI untuk memastikan #KerjaBersamaSehatBersama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai layanan dan kesehatan lainnya, kunjungi website kami di www.prodiaohi.co.id.