Sudah hampir setahun, virus Corona secara resmi masuk di Indonesia. Tidak banyak yang menyangka bahwa penyakit yang terjadi di negeri seberang, dapat berada di Indonesia, bahkan di seluruh dunia dengan angka penularan yang tinggi. Pandemi Corona, yang disebabkan Virus SARS-CoV-2 memiliki keunikan di mana mahkotanya merupakan struktur protein yang membuat virus ini dapat dengan mudah menempel pada sel manusia, terutama di saluran pernapasan.
Secara penyebaran, Virus Corona ini mengikuti pola sosial tertentu. Contohnya, pada awal pandemi di Indonesia, penularan dalam jumlah besar terjadi oleh karena sejumlah kecil orang-orang yang menderita Covid-19. Penularan jenis ini dinamakan “superspreader”. Dengan penularan ini, kurva kasus pun meningkat secara krusial. Berdasarkan data dari beberapa penelitian, ditemukan bahwa penularan virus Covid-19 mirip dengan prinsip Pareto, di mana 80% jumlah kasus infeksi Covid-19 berasal dari 20% orang yang membawa virus.
Fenoma ini pun membuat pemerintah membuat berbagai kebijakan agar menekan bahkan mengurangi laju penularan virus di masyarakat. Berbagai kebijakan, seperti PSBB, PPKM, pembatasan jam malam dan penyuluhan protokol kesehatan telah dilakukan, namun belum ada tanda-tanda adanya penurunan kurva kasus Covid-19.
Setahun setelah pandemi, pola penularan virus pun berubah. Mutasi yang terjadi pada SARS-CoV-2 menghasilkan varian-varian baru, baik secara struktur molekuler hingga pola penularan di masyarakat, termasuk Indonesia. Menurut pandangan peneliti, kini orang-orang biasa, mampu menulari orang lain dalam jumlah yang relatif sedikit, mungkin dua atau tiga orang, fenomena ini dinamakan microspreader. Siapapun bisa jadi orang yang menulari, seperti teman kerja kita, teman kuliah, bahkan anggota keluarga. Dalam satu keluarga misalnya, kemungkinan akan adanya satu hingga dua microspreader yang membawa virus Corona secara diam-diam, mungkin bisa terjadi.
Lantas bagaimana melihat asal penyebarannya? Sangatlah sulit untuk dicari. Begitupun untuk menghentikan penyebaran dengan pola microspreader, bukan hal yang mudah, terlebih dengan kebiasaan bertemu tatap muka dan terkadang masih abai dengan protokol kesehatan yang berlaku.
Tentu Kolega Prodia tidak ingin penularan virus Covid-19 terjadi di tempat kerja, maka berbagai protokol kesehatan harus diterapkan dengan patuh. Mulai dari menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, sebagai langkah preventif yang kerap digaungkan oleh pemerintah. Selain itu, pengecekan kondisi kesehatan secara berkala merupakan hal penting untuk mengetahui ada tidaknya virus yang mungkin dibawa oleh tim kerja.
Dengan dimulainya proses vaksinasi, tentu kita semua berharap terjadi pembentukan antibodi yang dapat menangkal penularan virus Corona ini. Namun, sembari menunggu proses yang mungkin akan kita dapatkan, selalu ingat untuk menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, agar kita #KerjaBersamaSehatBersama
Sumber: Kompas, 11 Januari 2021