Memahami Mutasi Varian Corona Virus

3 - Memahami Mutasi Varian Corona Virus

Kolega Prodia tentu ingin kembali merasakan #KerjaBersamaSehatBersama dengan rekan-rekan BURUH lainnya di tempat kerja seperti waktu sebelum pandemi. Walaupun mungkin vaksinasi telah dilakukan, kita tetap perlu menjalankan protokol kesehatan sebagai bentuk waspada terhadap berbagai mutasi dari varian Coronavirus.

Perlu Kolega Prodia pahami, bahwa virus selalu bermutasi sehingga terbentuk varian atau strain baru dari sebuah virus. Umumnya, perubahan varian tidak memengaruhi cara kerja virus secara drastis, melainkan membuatnya bertindak dengan cara yang berbeda.

Ilmuwan di seluruh dunia sedang dan terus-menerus melacak perubahan pada virus yang menyebabkan COVID-19. Penelitian mereka membantu para ahli memahami apakah varian COVID tertentu menyebar lebih cepat daripada yang lain, bagaimana mereka dapat memengaruhi kesehatan Anda, dan seberapa efektif berbagai vaksin dapat melawannya.

Menilik kembali sebelum 2019, Coronavirus tidak muncul begitu saja baru-baru ini. Mereka adalah keluarga besar virus yang telah ada sejak lama. Banyak di antaranya dapat menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari batuk ringan hingga penyakit pernapasan yang parah. Coronavirus yang tersebar pada tahun 2019 lalu yang menyebabkan COVID-19 adalah salah satu dari beberapa yang diketahui menginfeksi manusia. Coronavirus mungkin sudah ada selama beberapa waktu pada hewan namun karena virus ini menular pada manusia maka dianggap sebagai virus Corona yang baru.

Baca Juga:  Produktif Selama Menjalankan Ibadah Puasa

Para ilmuwan telah membagi virus Corona menjadi empat sub-kelompok, yang disebut alfa, beta, gamma, dan delta. Tujuh dari virus di bawah ini dapat menginfeksi manusia:

  • 229E (alpha)
  • NL63 (alpha)
  • OC43 (beta)
  • HKU1 (beta
  • MERS-CoV, a beta virus that causes Middle East respiratory syndrome (MERS)
  • SARS-CoV, a beta virus that causes severe acute respiratory syndrome (SARS)
  • SARS-CoV-2, which causes COVID-19

Coronavirus memiliki materi genetik dalam sesuatu yang disebut RNA (asam ribonukleat). RNA memiliki beberapa kesamaan dengan DNA, tetapi keduanya tidak sama. Ketika virus menginfeksi manusia, mereka menempel pada sel, masuk ke dalamnya, dan membuat salinan RNA mereka, sehingga membantu mereka menyebar. Jika ada kesalahan penyalinan, RNA akan berubah. Ilmuwan menyebut perubahan itu sebagai mutasi. Perubahan ini terjadi secara acak dan tidak sengaja. Itu adalah bagian normal dari apa yang terjadi pada virus saat mereka berkembang biak dan menyebar. Karena perubahannya acak, mungkin sedikit atau tidak ada perbedaan pada kesehatan seseorang. Intinya adalah bahwa semua virus, termasuk virus Corona, dapat berubah seiring waktu.

Baca Juga:  Mendeteksi Kualitas Gizi dalam Daging

Pada Januari 2021, para ahli melihat varian COVID-19 baru, muncul pada orang-orang dari Brasil yang bepergian ke Jepang. Varian ini tampaknya lebih menular daripada jenis virus sebelumnya dan kemungkin dapat menginfeksi orang yang pernah menderita COVID-19. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa perubahan varian mungkin membantunya terhindar dari antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan Anda setelah infeksi atau vaksin) yang melawan Coronavirus. Sebuah studi laboratorium menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan BioNTech dapat menetralkan strain Brazil yang menyebar dengan cepat. Tetapi diperlukan lebih banyak penelitian terkait vaksin ini.

Hal yang sama terjadi pada akhir 2020, para ahli mencatat mutasi gen pada kasus COVID-19 terlihat pada orang-orang di tenggara Inggris. Para ilmuwan memperkirakan bahwa mutasi ini dapat membuat virus hingga 70% lebih mudah menular, yang berarti dapat menyebar dengan lebih mudah. Beberapa penelitian telah mengaitkan varian ini dengan risiko kematian yang lebih tinggi, tetapi buktinya tidak kuat. Pada mutasi varian Inggris ini ditemukan lonjakan protein, yang menjadi target vaksin COVID-19. Vaksin ini membuat antibodi terhadap banyak bagian protein lonjakan, jadi kecil kemungkinannya satu mutasi baru pada varian Inggris akan membuat vaksin kurang efektif.

Baca Juga:  Medical Check Up Karyawan Berbasis Okupasi- Prodia OHI

Varian lain dari virus telah ditemukan di negara lain adalah di Afrika Selatan dan Nigeria. Varian Afrika Selatan tampaknya menyebar lebih mudah daripada virus aslinya, tetapi tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Lantas bagaimana merespons mutasi dari virus ini? Virus penyebab COVID-19 kemungkinan akan terus berubah. Tidak mungkin untuk memprediksi bagaimana perubahan virus tersebut dapat memengaruhi apa yang terjadi. Namun para ahli tentu berusaha meneliti setiap varian baru yang mungkin terjadi dan menciptakan vaksin yang berguna untuk memperkuat antibodi kita. 

Tentu Kolega Prodia tetap perlu menekankan aturan protokol kesehatan yang berlangsung di lingkungan kerja. Anjurkan kepada BURUH untuk tetap memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Kolega Prodia juga dapat mengatur komposisi BURUH terkait sistem kerja WFH/WFO serta mendukung kebijakan vaksinasi yang dianjurkan pemerintah.

Mari kita gapai semangat #KerjaBersamaSehatBersama agar setiap BURUH dapat Berkarya Untuk Raih Untaian Harapan di tempat kerja.

 

Sumber: t.ly/4c7f