Jumlah pasti pekerja yang menderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Namun jumlahnya diperkirakan cukup banyak seiring dengan data nasional mengenai penderita Diabetes melitus. WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Program kesehatan kerja dalam sebuah perusahaan terhadap karyawannya yang menderita DM masih banyak dilakukan secara pendekatan individual. Penelitian yang dilakukan oleh Hwee* menunjukan bahwa konseling secara grup/kelompok memberikan manfaat perbaikan yang lebih bermakna dibanding konseling individual. Dibandingkan pada kelompok dengan pendekatan konseling individual, maka kelompok dengan pendekatan konseling grup/kelompok lebih sedikit mengalami perawatan di unit gawat darurat karena kejadian gula darah yang sangat menurun atau meningkat (OR 0.54, 95%, CI: 0.42–0.68), menjalani rawat inap (OR 0.49, CI: 0.32–0.75) atau mengalami luka diabetika (OR 0.64, CI: 0.50–0.81). Selain itu, konseling secara grup/kelompok memiliki hasil yang lebih baik pada pemeriksaan HbA1c (OR 1.10, CI: 1.05–1.15), dan profil kolesterol (OR 1.25, CI: 1.19–1.32).
Untuk itu, dokter perusahaan sangat disarankan agar menyiapkan waktu secara berkala untuk edukasi, konseling, pengaturan kebutuhan kalori, cara merawat luka hingga penilaian kelaikan kerja terhadap karyawan yang menderita DM. Pendekatan secara grup/kelompok akan lebih memberikan manfaat peningkatan pemahaman tentang Diabetes melitus serta memupuk semangat karyawan untuk memperbaiki kualitas hidup dan produktivitasnya. (IS)
Sumber:
J. Hwee, K. Cauch-Dudek, J.C Victor, Ryan Ng, BR. Shah. Diabetes education through group classes leads to better care and outcomes than individual counselling in adults: A population-based cohort study. Can J Public Health. 2014;105: e192-e197.