Kenali Potensi “Emotional Eating” dan Cegah dengan Cara Berikut

Kenali Potensi Emotional Eating dan Cegah dengan Cara Berikut - Kenali Potensi “Emotional Eating” dan Cegah dengan Cara Berikut

Apakah saat merasa stres, Anda makan lebih banyak? Atau kadang Anda makan saat sebenarnya tidak merasa lapar? Dan apakah Anda merasa lebih tenang dan baik setelah makan banyak?

Jika Anda merasakan ciri-ciri di atas, mungkin Anda sedang mengalami gangguan Emotional Eating, di mana makan menjadi aktivitas pemenuhan kebutuhan emosional saja. Sayangnya, Emotional Eating tidak menyelesaikan masalah dan memberikan rasa bersalah karena makan berlebihan.

Emotional Eating juga ditandai dengan rasa lapar karena emosi yang memiliki perbedaan dengan rasa lapar karena fisik. Berikut adalah perbedaannya:

  1. Rasa lapar secara emosional kerap datang tiba-tiba; sedangkan lapar secara fisik umumnya datang lebih lambat.
  2. Rasa lapar secara emosional mendambakan makanan tertentu (seperti makanan cepat saji) yang dianggap dapat menenangkan diri; sedangkan lapar secara fisik, melihat bahwa hampir jenis makan terdengar baik.
  3. Rasa lapar secara emosional berdampak pada aktivitas makan tanpa memperhatikan kondisi tubuh dan tidak menikmatinya dengan mindful; sedangkan rasa lapar secara fisik berdampak pada aktivitas makan dengan kesadaran penuh.
  4. Rasa lapar emosional tidak membuat Anda puas walaupun merasa kenyang, bahkan menyesal, malu dan merasa bersalah; sedangkan rasa lapar secara fisik membuat Anda puas dan bersyukur saat kenyang.
Baca Juga:  Tips for Manager: Create Health Program for Your WFH Team

 

Untuk mengelola gangguan Emotional Eating Anda perlu mengidentifikasi pemicunya.

  • Adakah tekanan yang dirasakan sehingga merasa stres?
  • Ataukah Anda sedang menahan emosi sedih, marah atau takut dengan makan?
  • Apakah Anda merasakan kebosanan atau perasaan hampa dan mencoba mengisinya dengan makan? 
  • Adakah pengaruh dari kebiasaan masa kecil, didikan dari keluarga yang berpengaruh pada kebiasaan makan?
  • Apakah lingkungan sosial memberikan pengaruh dalam menikmati makan secara berbeda?

 

Setelah Anda mengetahui penyebabnya, cobalah cara berikut:

  1. Jika Anda depresi atau kesepian, hubungi seseorang yang selalu membuat Anda merasa lebih baik, bermain dengan hewan peliharaan, atau melihat foto favorit atau kenang-kenangan yang berharga.
  2. Jika Anda memiliki kecemasan, keluarkan energi gugup Anda dengan bergerak mengikuti lagu favorit Anda, meremas boneka squishy atau berjalan cepat.
  3. Jika Anda merasa lelah, manjakan diri Anda dengan secangkir teh panas, mandi, nyalakan lilin beraroma, atau bungkus diri Anda dengan selimut hangat.
  4. Jika Anda merasa bosan, bacalah buku, tonton acara komedi, jelajahi alam bebas, atau lakukan aktivitas yang Anda sukai.
Baca Juga:  Mengenal Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pentingnya Pemeriksaan Gula Darah

 

Olahraga intensif, tidur cukup, dan kebiasaan gaya hidup sehat lainnya akan membantu Anda melewati masa-masa sulit tanpa melakukan Emotional Eating. Dr. Hengky Prabowo menyarankan agar kita memulai pola makan yang sehat dengan tetap makan secara teratur dengan porsi yang lebih kecil dan gizi seimbang, sehingga daya metabolisme meningkat dan kita merasa cukup.

Dalam membiasakan gaya hidup sehat tersebut, Anda juga perlu tetap melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Prodia Occupational Health Center memberikan program pemeriksaan kesehatan karyawan di mana selama bulan Januari 2022 akan mendapatkan keringanan biaya sebesar 22%. Melalui medical check up ini, Anda dapat memastikan pemeriksan VItamin D, Vitamin D 25OH, tes diabetes, tes gula darah, tes HbA1c, pemeriksaan s-RBD.

Yuk kelola kondisi Emotional Eating dengan mengetahui penyebabnya, secara intens mereponsnya dan memulai pola hidup sehat agar Anda dapat #KerjaBersamaSehatBersama .

Sumber: t.ly/q9AJ http://t.ly/wpj2