Future of Vaccine & Breaking the Myths

Web Article: Future of Vaccine & Breaking the Myths


Waspada, Hoaks Terkait Vaksin dan Jadwal Penyebarannya!

Pada Minggu 6 Desember 2020 lalu, 1,2 juta vaksin Covid-19 telah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia menyambutnya dengan harapan yang optimis. Namun tidak sedikit orang yang memandang keberadaan vaksin tersebut secara negatif, dikarenakan adanya berbagai hoaks yang menyebar melalui berbagai perangkat telekomunikasi.

Agar Kolega Prodia tidak terkena arus informasi yang belum tentu kebenarannya, ada baiknya kita mengetahui tiga hoaks yang tersebar beserta fakta yang sebenarnya. Berikut penjelasan dari Windhi Kresnawati, dokter spesialis anak dari Yayasan Orangtua Peduli, dalam Webinar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (12/10) yang mengangkat Cek Fakta Seputar Mitos Vaksin.

1. HOAKS: Vaksin menyebabkan autisme. Hoax ini pernah hadir di Amerika Serikat di mana kandungan Thimerosal dalam vaksin dituduh memicu autisme pada anak. Hal ini dibantah dengan bukti penelitian yang panjang dan mendalam, dengan durasi waktu lebih dari 10 tahun. Amerika Serikat pernah menghapuskan kandungan thimerosal pada tahun 1999 karena takut bahwa kandungannya bisa memicu autisme. Dan faktanya, setelah kandungan Thimerosal dihapuskan, angka autisme di Amerika Serikat tetap tidak menurun, bahkan cenderung naik. Selain itu dilakukan juga penelitian melihat kadar Thimerosal pada tubuh anak autis dan anak non-autis. Hasilnya, tidak ada perbedaan di antara keduanya.

Baca Juga:  Bagaimana Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Yang Benar di Lingkungan Kerja?

2. HOAKS: Penyakit infeksi dapat dihindari cukup dengan gaya hidup sehat. Masih berkaitan dengan peristiwa penolakan vaksin MMR di Amerika oleh kelompok masyarakat. Faktanya, ketika vaksin campak ditemukan di Amerika pada 1963, berangsur-angsur hingga tahun 1974 penyakit ini hilang tanpa adanya perubahan gaya hidup yang signifikan. Dikarenakan hoaks yang disebarkan kelompok masyarakat untuk menolak vaksin MMR, wabah campak kembali meninggi di Amerika pada tahun 2018.

3. HOAKS: Ada kandungan zat berbahaya. Vaksin yang telah diproduksi secara massal harus memenuhi syarat utama: aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi biaya. Untuk memenuhi syarat tersebut, dibutuhkan proses yang relatif panjang di bawah monitoring BPOM. Jika ditemukan efek samping yang tidak diinginkan, vaksin maupun obat-obatan akan ditarik.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga telah menyatakan jadwal resmi penyebaran vaksin virus Covid-19. Dengan perkiraan jumlah kebutuhan vaksin (181,5 juta jiwa), dijadwalkan adanya 2 gelombang penyebaran pandemi dengan tingkat prioritas sebagai berikut.

Vaksinasi gelombang pertama ini dilakukan dijadwalkan terjadi pada Januari – April 2021 dengan urutan prioritas:
1. Bagi petugas kesehatan yang tersebar di 34 provinsi, diberikan 1,3 juta vaksin.
2. Bagi petugas publik dengan perkiraan 17,4 juta vaksin dan lansia diperkirakan 21,5 juta vaksin.

Baca Juga:  Pentingnya Pencegahan Near Miss

Dilanjutkan dengan vaksinasi gelombang kedua ini dilakukan dijadwalkan terjadi pada April 2021 – Maret 2022 dengan urutan prioritas:
3. Bagi masyarakat rentan di daerah risiko penularan tinggi, diberikan 63,9 juta vaksin.
4. Bagi masyarakat lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin, diperkirakan 77,4 juta vaksin.

Dengan mengetahui fakta yang benar mengenai vaksin Covid-19, diharapkan masyarakat Indonesia tidak langsung menolak dikarenakan adanya HOAX yang beredar. Dan pastikan Kolega Prodia juga tetap berada dalam kondisi sehat dengan rutin melakukan check-up kesehatan bersama dengan rekan-rekan kerja lainnya di Prodia OHI.

Sumber: t.ly/ddF7