Waspada Diabetes di Kantor: Bahaya Tersembunyi dari Kebiasaan Ngemil

Diabetes Akibat Ngemil

Di tengah rutinitas sibuk di kantor, kebiasaan ‘ngemil’ seringkali menjadi pelarian bagi banyak orang. Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini dapat memengaruhi asupan gula harian Anda dan meningkatkan risiko diabetes? Penelitian dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) menemukan bahwa konsumsi makanan ringan dapat menyumbang sekitar 17% hingga 21% dari asupan energi harian pada pria dan wanita. Sayangnya, camilan juga sering mengandung gula tambahan yang tinggi, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan.

 

Gula dalam Camilan: Apa yang Perlu Anda Ketahui?

Seberapa sering Anda memerhatikan komposisi gula dalam makanan dan minuman kemasan? Apabila Anda tidak menemukan kata “gula” dalam label, bukan berarti produk tersebut bebas dari gula. Terdapat berbagai nama lain gula olahan yang dihasilkan dari berbagai sumber. Berikut beberapa nama lain gula pada label komposisi makanan dan minuman kemasan;

Dekstrosa (dextrose)

Laktosa (lactose)

Maltosa (maltose)

Sirup malt (malt syrup)

Molase (molasses)

Sari tebu, sirup tebu (cane syrup)

Sukrosa (sucrose)

Sirup fruktosa (fructose syrup)

Simple syrup

Penting untuk memerhatikan ini secara cermat. Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah sebesar 50 gram (setara 10 sendok teh gula), hal ini senada seperti anjuran WHO yaitu dibawah 10% dari asupan energi total harian Anda. Konsumsi gula harian yang melebihi batas anjuran dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan serangan jantung.

Baca Juga:  Penderita Diabetes: Yang Perlu Anda Perhatikan Saat Liburan

 

Faktor Pemicu Diabetes yang Berhubungan dengan Pekerjaan

Selain faktor genetik, ada juga faktor-faktor pemicu diabetes yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan kebiasaan di tempat kerja:

  • Pola makan dan gizi yang tidak sehat: Terlalu sering ngemil di tempat kerja menyebabkan pola makan menjadi kurang sehat dan asupan gizi menjadi tidak tepat mempengaruhi peran signifikan dalam perkembangan diabetes. Mengonsumsi camilan dan makanan berat yang tinggi gula dalam lingkungan kerja dapat meningkatkan risiko diabetes.
  • Kurangnya aktivitas fisik: Pekerjaan yang umumnya dilakukan dalam posisi duduk dengan aktivitas fisik yang terbatas juga dapat meningkatkan risiko diabetes. Lama waktu yang dihabiskan dalam keadaan duduk berjam-jam dapat mengakibatkan penurunan tingkat metabolisme tubuh dan resistensi insulin.
  • Ketidaktahuan dan kurangnya dukungan: Ketidaktahuan dan kurangnya dukungan dari lingkungan, misalnya lingkungan kerja juga dapat menjadi masalah serius. Perusahaan memiliki peran penting dalam pencegahan dan manajemen diabetes dengan memberikan informasi serta dukungan kepada para pekerjanya. Dukungan tersebut bisa mencakup penyesuaian dengan kebutuhan pekerja yang menderita diabetes, menyediakan opsi makanan sehat, serta menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan waktu istirahat atau work-life balance. Perusahaan juga dapat memfasilitasi program pemeriksaan diabetes untuk membantu pekerja memantau kesehatannya.
  • Shift kerja malam dan stres kerja: Menurut CDC, shift kerja malam dan tingkat stres kerja juga berperan dalam peningkatan risiko diabetes. Shift kerja malam berisiko meningkatkan diabetes tipe 2 karena desinkronisasi ritme sirkadian dan kurang tidur. Kondisi ini memengaruhi pola makan dan aktivitas fisik, serta meningkatkan marker inflamasi seperti hs-CRP. Perubahan hormon akibat shift malam mengurangi toleransi glukosa dan meningkatkan resistensi insulin. Akibatnya, pekerja shift malam lebih rentan terhadap sindrom metabolik, yang mencakup hipertensi, dislipidemia, dan obesitas perut yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Karena itu jadwal rotasi kerja perlu diperhatikan dengan baik agar tidak menyebabkan risiko kesehatan.
Baca Juga:  Bagaimana Menyimpan Bahan Pangan yang Benar dan Aman?

 

Kenali Gejala Awal Diabetes

Secara global, International Diabetes Federation memperkirakan ada 537 juta jiwa (berusia 20-79 tahun) yang mengidap diabetes (2021) menurut IDF Diabetes Atlas, dan Indonesia menyumbang sekitar 19,5 juta jiwa. Salah satu penyebab tingginya angka penderita adalah keterlambatan dalam mendeteksi Diabetes Mellitus. Padahal semakin cepat mendeteksi gejala dan ciri-ciri penyakit ini, semakin besar pula peluang Anda terhindar dari komplikasi diabetes yang berbahaya. Gejala awal yang dialami penderita diabetes antara lain:

  • Cepat merasa haus dan lapar (Polidipsi dan Polifagia)
  • Sering merasa lelah
  • Berat badan menurun
  • Nyeri otot dan kesemutan (Neuropati)
  • Luka yang sulit sembuh
  • Sering buang air kecil (Poliuri)
  • Gangguan penglihatan
  • Timbul gatal-gatal (Pruritus)

 

Namun, gejala-gejala awal ini tidak selalu muncul pada penderita, diagnosis diabetes hanya dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar gula darah. Karena itu pemeriksaan rutin sebelum muncul gejala, agar bisa mengantisipasi gula darah yang meningkat (kondisi pre-diabetes) sebelum terlanjur. Anda bisa mengandalkan Prodia OHI untuk melakukan pemeriksaan ini. Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
  • Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mgg/dL 2 jam setelah Tes Toleari Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
  • Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥  200 mg/dL dengan keluhan klasik atau krisis hiperglikemia.
  • Pemeriksaan HbA1c: ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP) dan Diabetes Control and Compications Trial assay (DCCT).
Baca Juga:  Diabetes Melitus

 

Pencegahan yang Dapat Dilakukan Perusahaan

Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mengambil beberapa langkah strategis untuk mencegah diabetes di tempat kerja, di antaranya:

  • Menyediakan buah-buahan dan sayuran segar sebagai pilihan asupan makanan di kantin
  • Menyediakan biji-bijian dan protein rendah lemak sebagai pilihan camilan
  • Mengurangi penggunaan gula dan bentuk lain gula dalam hidangan makan siang di kantin atau konsumsi rapat
  • Mengedukasi dengan pengelola makanan di kantin kantor untuk menggunakan bahan-bahan yang lebih sehat
  • Mengedukasi pekerja mengenai asupan gula harian

 

Kesimpulan

Kebiasaan ngemil di kantor dan faktor-faktor pekerjaan dapat berkontribusi pada risiko diabetes. Dukungan dari perusahaan, edukasi, dan pemeriksaan rutin dapat membantu mengurangi risiko tersebut. Penting untuk membatasi konsumsi gula harian dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan saat bekerja.

 

Untuk memastikan kesehatan para pekerja, perusahaan dapat melaksanakan program Medical Check Up rutin yang mencakup pemeriksaan kadar gula darah bersama Prodia OHI. Sebagai tambahan layanan, setelah pemeriksaan kesehatan, dokter kami akan memberikan analisa terkait hasil MCU kepada manajemen perusahaan, salah satunya berupa risiko penyakit paling tinggi yang mungkin dihadapi para pekerja serta memberikan edukasi kesehatan terkait hal ini. Melalui tindakan-tindakan ini, perusahaan dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatan pekerja dan membantu mereka mencegah diabetes, sehingga kita semua dapat #KerjaBersamaSehatBersama. Informasi lebih lanjut mengenai kesehatan dan layanan lainnya dapat ditemukan di www.prodiaohi.co.id.