Cegah Infertilitas dengan Analisa Sperma

Analisa Sperma telah tersedia di Prodia OHC Cikarang

Oleh Muhammad Fadhil Fathiah, S.Si (Research and Product Development Prodia OHI)

 

 Pendahuluan

Infertilitas menjadi hal yang dihindari bagi setiap pasangan suami-istri yang berusaha membangun keluarga. World Health Organization (WHO) mengidentifikasi infertilitas sebagai salah satu kondisi medis yang menggambarkan ketidakmampuan pasangan mengandung setelah melakukan kegiatan seksual tanpa pengaman. Masalah ini terjadi secara global dan berdasarkan data WHO pada tahun 2024, diperkirakan sekitar 17,5% orang di seluruh dunia mengalami infertilitas. Indonesia sendiri diperkirakan memiliki tingkat prevalensi infertilitas sebesar 10-15%. Sekitar 40-50% dari kasus infertilitas disebabkan oleh kontribusi faktor pria (Agarwal et al. 2021). Tingginya kontribusi pada pria tersebut patut menjadi perhatian bagi pasangan yang ingin membuat keturunan.

Penyebab infertilitas pada pria banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor bawaan lahir, lingkungan luar, atau kebiasaan yang dapat mengganggu proses pembentukan sperma (spermatogenesis). Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di testis pria. Proses pembentukan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau lingkungan kerja. Lingkungan dengan tingkat polusi udara tinggi, pajanan bahan kimia, dan panas yang berlebih dapat mempengaruhi kualitas sperma. Hal ini umum dialami pada pria Indonesia yang bekerja pada industri tambang, laboratorium kimia, dan pekerja pabrik dengan ventilasi udara yang kurang memadai (Bennet 2016).

Pada lingkungan kerja di industri tambang, pekerja dapat mengalami pajanan logam berat seperti timbal dan merkuri. Timbal diketahui mampu mempengaruhi sistem reproduksi pria dan mengganggu kesuburan janin pada wania (Anatasari 2024). Pajanan logam merkuri dapat mengubah karakteristik dan kualitas sperma (Bjørklund et al. 2019). Penggunaan pestisida oleh petani juga diketahui dapat mempengaruhi sistem endokrin yang menyebabkan infertilitas (Somé 2022). Selain itu, tingkat pajanan panas di area kerja sangat mempengaruhi spermatogenesis yang berefek pada kualitas dan kuantitas sperma (Thonneau et al. 1998).

Baca Juga:  Strategi Adaptasi Perusahaan Terhadap Cuaca Panas untuk Menjaga Produktivitas dan Kesehatan Pekerja
Gambar 1. Pengaruh lingkungan dan gaya hidup terhadap kualitas sperma dan fertilitas pada pria
Gambar 1. Pengaruh lingkungan dan gaya hidup terhadap kualitas sperma dan fertilitas pada pria

Karakteristik Sperma

Berbagai kegiatan kerja pada kondisi yang tidak sesuai dapat menimbulkan efek seperti penurunan konsentrasi sperma, penurunan pergerakan sel, perubahan morfologi sel, hingga mempengaruhi tingkat fragmentasi DNA sel sperma (Gambar 1).  Selain itu, efek stress oksidatif sebagai akibat dari beban kerja berlebih terjadi pada sekitar 37 juta pria dengan infertilitas idiopatik (Agarwal et al. 2021). Upaya yang dapat dilakukan untuk melihat efek yang timbul yaitu dengan mengamati perubahan karakteristik sperma. Sperma sebagai sel reproduktif memiliki berbagai karakteristik yang dapat diamati di laboratorium, diantaranya seperti:

  • Konsentrasi sperma

Jumlah sperma per mililiter semen. Berdasarkan WHO manual 2010, konsentrasi sperma pria sehat berkisar lebih dari 15 juta sperma per mililiter.

  • Morfologi sperma

Bentuk sel sperma pria sehat memiliki bentuk oval dan ekor yang panjang

  • Motilitas dan vitalitas sperma

Kemampuan sperma untuk bergerak lurus dengan tingkat %progresitivitas > 32%. Persentase jumlah sel sperma pria yang hidup > 58%.

  • Tingkat keasaman semen (pH)

Tingkat keasaman sperma berkisar pada 7,2 dan 7,8

  • Sel darah putih
Baca Juga:  Stress Akibat Kerja

Keberadaan sel putih menjadi tanda adanya infeksi atau inflamasi

  • Bau

Sampel semen memiliki aroma “khas” menyerupai bau bunga akasia dan “tidak khas” jika tidak bau bunga akasia

Gambar 2 Nilai normal karakteristik semen (WHO manual 2010)
Gambar 2 Nilai normal karakteristik semen (WHO manual 2010)

Beberapa Gangguan pada Sperma

Setiap karakteristik akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui kualitas sperma pada pria. Karakteristik sperma yang normal memiliki tingkat kadar normal tertera pada gambar 2. Berbagai bentuk perubahan morfologi sperma (abnormal) dapat memengaruhi kesuburan pria, diantaranya sebagai berikut:

  • Azoospermia: Kondisi tidak adanya sperma dalam semen saat ejakulasi. Hal ini dapat terjadi akibat adanya sumbatan atau produksi yang sangat rendah akibat gangguan fungsi testis atau hormon.
  • Teratospermia: Persentase sperma berbentuk abnormal tinggi, sehingga menghambat kemampuan untuk membuahi sel telur.
  • Oligozoospermia: Jumlah sperma dalam semen sangat rendah sehingga memperkecil peluang kehamilan karena lebih sedikit sperma yang mencapai saluran reproduksi wanita.
  • Asthenozoospermia: Gangguan motilitas atau pergerakan sperma. Sperma yang tidak bergerak dengan baik akan kesulitan mencapai dan membuahi sel telur. Pada kondisi ini terdapat kelainan pada struktur ekor sperma akibat adanya pajanankimia.
  • Necrozoospermia: Kondisi sebagian besar sel sperma hasil ejakulasi sudah mati atau tidak bergerak. Necrozoospermia bisa disebabkan oleh pajananradiasi atau gangguan kesehatan kronis yang memengaruhi fungsi sperma.

Analisa sperma merupakan salah satu produk pengujian baru dari Prodia OHI. Pengujian ini menjadi penting untuk dilakukan oleh pasangan suami-istri sebagai upaya screening awal diagnosis infertilitas.

Mari cegah infertilitas dengan melakukan tes analisa sperma di Laboratorium kami!

Baca Juga:  HUT RI KE-79 BERSAMA PRODIA OHI


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:⁠⁣

Prodia OHC Cikarang
Telp. (021) 898 405 84/86

WA OHC JABABEKA

 

Daftar Pustaka

Agarawal A, Baskaran S, Parekh N, Cho CL, Henkel R, Vij S, Arafa M, Selvam MKP, Shah R. 2021. Male infertility. The Lancet. 397 (10271): 319-333.

Anatasari I. 2024. Gambaran kadar timbal (Pb) dalam darah pada petugas parkir bank bumn jobang. Institut Teknologi Sains dan Kesehatan Insan Cendekia Media Jombang. 1(1) 23-53.

Bennet LR. 2016. Infertility, adoption, and family formation in Indonesia. Medical Anthropology. 37 (2): 101-116.

Bjørklund G, Chirumbolo S, Dadar M, Pivina M, Lindh U, Butnariu M, Aaseth J. 2019. Mercury exposure and its effects on fertility and pregnancy outcome. Basic clinical pharmacology and toxicology. 125 (4): 317-327.

Giahi L, Mohammadmoradi S, Javidan A, Sadeghi MR. 2015. Nutritional modifications in male infertility: a systematic review covering 2 decades. Nutrition reviews.  74 (2): 118-130.

Somé EN, Traore IT, Tamdamba S, Nabaloum B, Drabo MK. 2022. Association between pesticide exposure and infertility of couple in the boucle du mouhoun region: a case-control study. Clinical Epidemiology and Global Health. 17: 101156.

Thonneau P, Bujan L, Multigner L, Mieusset R. 1998. Occupational heat exposure and male fertility: a review. Hum Reprod. 13 )8): 2122-5

World Health Organization. 2021. WHO laboratory manual for the examination and processing of human semen. World Health Organization.